Jumat, 28 Desember 2012


FAKTOR DENSITY INDEPENDENCY TERKAIT DENGAN POLA REKRUITMEN DALAM BIOLOGI PERIKANAN
“Kepadatan bebas dengan metode oral menggunakan madu ikan nila (Oreochromis niloticus)”




         

Density atau kepadatan merupakan populasi dalam satu ruang. Densitas populasi dalam ekosistem dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density independent). Dalam budidaya Perairan Saya akan membahas dan jelaskan hubungan Kepadatan bebas dengan teknologi dan pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus) metode oral menggunakan madu. Density independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap anggota populasi secara merata. bila dikaitkan dengan pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus) metode oral menggunakan madu akan mempengaruhi suatu rekruitmen populasi dan merubah kebiasaan mereka seiring dengan perubahan lingkungan.
          Sex reversal suatu teknologi membalikkan arah perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu ikan baru menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina tanpa merubah genotipnya. Tujuan utama untuk mencegah pemijahan liar, mendapatkan pertumbuhan ikan nila yang cepat, mendapatkan penampilan yang baik, dan menunjang genetika ikan nila ( teknik pemurnian ras). Madu merupakan larutan karbohidrat yang dihasilkan oleh lebah madu (Apis mellifera) dari nektar bunga dan tepung sari. Komponen utama madu adalah dektrosa dan levulosa. Madu mengandung 70-80% gula invert yang terlarut dalam air, sukrosa, maltose, dekstrin, vitamin C, B1, B2 dan B6, asam pantoneat, asam folat, mineral (Na, K, Ca, Mn, Fe, Cu, P, dan S), enzim hormon, zat bakterisida, fungisida, zat aromatic, lilin, protein, minyak atsiri, asam formiat, dan serbuk sari bunga.
Madu juga berfungsi sebagai antioksidan, diantaranya adalah chrysin, pinobaksin, vitamin C, katalase, dan pinocebrin. Zat chrysin merupakan salah satu jenis flavonoid yang diakui sebagai salah satu penghambat enzim aromatase atau lebih dikenal sebagai aromatase inhibitor (Dean, 2004). Madu mengandung kalium yang dapat merubah lemak menjadi prenegnelon, dimana prenegnelon inilah yang akan merubah estrogen menjadi progesteron. Dengan berubahnya estrogen menjadi progesteron, maka ikan yang tadinya akan menjadi betina akan diarahkan menjadi ikan jantan.
Aromatase merupakan enzim yang mangkatalis konversi testosteron (androgen) menjadi estradiol (estrogen). Sehingga dalam proses stereoidogenesis dalam sel, pembentukan estradiol dari konversi testosterone akibat adanya enzim aromatase akan terhambat karena adanya chrysin yang berperan sebagai aromatase inhibitor dan pada akhirnya proses stereoidogenesis berakhir pada pembentukan testosterone yang akan merangsang pertumbuhan organ kelamin jantan dan menimbulkan sifat-sifat kelamin sekunder jantan (Junior, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
Dean, W. 2004. Chrysin: Is It An Effective Aromatase Inhibitor. Vitamin Research News. Vol 18, No. 4. http://www.vrp.com [9 Mei 2011].
Djaelani, F. 2007. Pengaruh Dosis Madu Terhadap Pengarahan Kelamin Jantan Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman Larva). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Hanif, S., T. Yuniati, dan D. Junaedi. 2006. Teknik Produksi Induk Jantan YY Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Sukabumi: Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar.
Junior, M. Z. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan Atau Betina. Jakarta: Penebar Swadaya.

         



0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More