Minggu, 02 Desember 2012


Bioinformatika merupakan pengabungan ilmu Biologi dan Teknologi Komputer bertujuan Manajemen Informasi Biologi. Komputer berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan mengintegrasikan informasi Biologis dan Genetik yang kemudian dapat diterapkan pada gen berbasis penemuan obat dan perkembangan setiap waktu. pada kesempatan ini melalui blog yang saya muat berkaitan Budidaya Perairan terkait dengan Gen atau analisis DNA Kultivan dan Penyakit yang di sebabkan oleh Virus.



   
 Salah satu contoh aplikasi yang sering sekali diterapkan adalah penggunaan PCR pada pendeteksian penyakit pada udang, yang merupakan kultivan ekonomis penting. Bioinformatika tidak hanya diterapkan dalam aplikasi PCR. Namun yang saya ulas kali ini meliputi upaya lain dalam penyediaan induk yang baik agar dapat menghasilkan keturunan atau produk benih yang unggul. Jurnal yang saya coba ulas kali ini berjudul “Skrining Induk Udang Windu dengan Analisis PCR dalam Rangka Menunjang Program NSBC ”.

Skrining dilakukan untuk pemeriksaan terhadap suatu sampel untuk mengetahui karakteristik tertentu atau penyakit tertentu sehingga sampel objek dapat diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit. Hal tersebut dilakukan dalam upaya pengendalian penyakit. Seperti yang kita ketahui, dalam budidaya udang identik dengan serangan WSSV . Sehingga pada jurnal tersebut diterapkan budidaya udang secara tertutup untuk memutus siklus hidup virus, dan menggunakan benih SPF (Specifis Pathogen Free ). Dalam penelitian ini BBPBAP Jepara sebagai UPT dipilih sebagai sentra pembenihan udang secara nasional. dan untuk mendapatkan benih yang sehat atau bebas virus dilakukan skrining dimulai dari induk. metode yang digunakan pengambilan sampel hemolimfe dari udang yang baru datang (sampel diambil dari beberapa lokasi :NAD, Pangadaran dan NTB) sebanyak 2 ml per individu dengan menggunakan nested PCR. Tahapan yang dilakukan meliputi :1.Preparasi DNA dengan fenol (standart OIE 2003, chapter 4.1.2); 2. preparasi untuk amplifikasi PCR ; 3. elektroforesis. Hasil yang didapat adalah sampel udang windu NAD paling sedikit terdeteksi WSSV, dibandingkan dengan sampel dari daerah lainnya. jadi untuk induk yang baik dengan SPF, dapat digunakan induk yang berasal dari NAD, karena ketahanan terhadap virus relatif lebih baik. untuk prosedur secara lengkap dapat dilihat pada http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71084652.pdf  . 

sumber:

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More