White Shark (Carcharodon carcharias) terkuat di Lautan

Hiu putih adalah ikan terkuat dan sebagai puncak rantai makanan di lautan biru. Reproduksi Ovovivipar (bertelur beranak) di dalam tubuh, Uniknya terjadi kanibalisme antara bayi Hiu putih untuk bertahan hidup

Keragaman Ikan indonesia

Bangga sebagai bangsa Indonesia, keanekaragaman dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. terutama pada sektor Perikanan dan lautan dapat memanfaatkan Budidaya Perairan sebagai solusi mengurangi pengangguran.

Osphronemus goramy

Pembudidaya ikan mendapat nilai jual relatif tinggi dan masyarakat suka mengkonsumsi dagingnya yang lembut,gurih dan sedikit duri

Arwana Asia (Scleropages formosus)

Salah satu ikan unggulan terbaik spesies asli sungai-sungai di Asia Tenggara khususnya Indonesia.

Minggu, 30 Desember 2012


POLA NATALITAS IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp)


Ikan lele sangkuriang merupakan proses silang balik mengawinkan lele dumbo betina generasi ke-2 (F2) dengan induk jantan generasi ke-6 (F6) yang dimiliki BBPBAT Sukabumi. Dalam resume blog saya akan menjelaskan pola natalitas ikan tersebut.




Phllum            : Chordata
Kelas              : Pisces
Ordo             : Ostariophusi
Subordo        : Siluridae
Famili           : Clariidae
Genus          : Clarias
Spesies        : Clarias sp.




POLA NATALITAS ( RINGKASAN)

     Ikan lele sangkuriang berkembang biak secara ovipar atau tertelur. Seperti ikan pada umumnya, pembuahan terjadi di luar tubuh. Induk lele dipilih untuk di pijahkan  harus memiliki syarat tertentu, seperti induk sehat, pertumbuhan baik umur sekurang-kurangnya 1 tahun, dan memiliki bobot minimum 1 kg/ekor. Ciri-ciri indukan siap pijah yaitu:
Jantan
·        Alat kelamin panjang dan terlihat jelas
·    Warna alat kelamin merah jambu
betina
·        Perut membesar dan dipegang terasa lembek
·    Lubang kelamin tampak bulat mengembang dan berwarna merah jambu

       Di alam, biasanya lele memijah pada awal musim hujan. Karena volume air mengalami kenaikan dan bau tanah akibat sengatan matahari yang tersiram air hujan menciptakan bau rangsangan bagi induk lele untuk memijah. jika malam harinya Induk memijah, pada pagi hari sekitar pukul 04.00 induk lele betina mengeluarkan telur. Telur-telur lele biasanya akan menetas sekitar 48 jam setelah dibuahi, tergantung dari suhu perairan.

Parameter
Kisaran ideal
Ketinggian lokasi budi daya
0-800 meter dpl (bisa >1000 meter dpl)
pH
7-8
suhu
28-32oc

        Umumnya, benih yang baru menetas banyak yang mati sebelum sempat menjadi larva. Hal ini diduga akibat tidak tahan dengan kondisi perairan yang sangat ekstrem, baik suhu maupun tingkat keasamannya. Benih yang hidup tak lepas dari ancaman hewan predator secara alami kedua induk lele bergantian menjaga anakan kira-kira dua minggu, barulah sang induk berhenti menjagannya.

Gambar proses perkembangan telur sampai ukuran benih lele sangkuriang.




Sumber bacaan dapat dilihat pada sumber berikut:
  
               Nasrudin. 2012. “Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang”. PT AgroMedia
             Pustaka : Jakarta.



Sumber gambar dapat dilihat pada link preview berikut:


        http://perikananindonesia.com/wp-content/uploads/2012/10/Picture1.jpg


·    

Jumat, 28 Desember 2012


FAKTOR DENSITY INDEPENDENCY TERKAIT DENGAN POLA REKRUITMEN DALAM BIOLOGI PERIKANAN
“Kepadatan bebas dengan metode oral menggunakan madu ikan nila (Oreochromis niloticus)”




         

Density atau kepadatan merupakan populasi dalam satu ruang. Densitas populasi dalam ekosistem dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density independent). Dalam budidaya Perairan Saya akan membahas dan jelaskan hubungan Kepadatan bebas dengan teknologi dan pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus) metode oral menggunakan madu. Density independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap anggota populasi secara merata. bila dikaitkan dengan pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus) metode oral menggunakan madu akan mempengaruhi suatu rekruitmen populasi dan merubah kebiasaan mereka seiring dengan perubahan lingkungan.
          Sex reversal suatu teknologi membalikkan arah perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu ikan baru menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina tanpa merubah genotipnya. Tujuan utama untuk mencegah pemijahan liar, mendapatkan pertumbuhan ikan nila yang cepat, mendapatkan penampilan yang baik, dan menunjang genetika ikan nila ( teknik pemurnian ras). Madu merupakan larutan karbohidrat yang dihasilkan oleh lebah madu (Apis mellifera) dari nektar bunga dan tepung sari. Komponen utama madu adalah dektrosa dan levulosa. Madu mengandung 70-80% gula invert yang terlarut dalam air, sukrosa, maltose, dekstrin, vitamin C, B1, B2 dan B6, asam pantoneat, asam folat, mineral (Na, K, Ca, Mn, Fe, Cu, P, dan S), enzim hormon, zat bakterisida, fungisida, zat aromatic, lilin, protein, minyak atsiri, asam formiat, dan serbuk sari bunga.
Madu juga berfungsi sebagai antioksidan, diantaranya adalah chrysin, pinobaksin, vitamin C, katalase, dan pinocebrin. Zat chrysin merupakan salah satu jenis flavonoid yang diakui sebagai salah satu penghambat enzim aromatase atau lebih dikenal sebagai aromatase inhibitor (Dean, 2004). Madu mengandung kalium yang dapat merubah lemak menjadi prenegnelon, dimana prenegnelon inilah yang akan merubah estrogen menjadi progesteron. Dengan berubahnya estrogen menjadi progesteron, maka ikan yang tadinya akan menjadi betina akan diarahkan menjadi ikan jantan.
Aromatase merupakan enzim yang mangkatalis konversi testosteron (androgen) menjadi estradiol (estrogen). Sehingga dalam proses stereoidogenesis dalam sel, pembentukan estradiol dari konversi testosterone akibat adanya enzim aromatase akan terhambat karena adanya chrysin yang berperan sebagai aromatase inhibitor dan pada akhirnya proses stereoidogenesis berakhir pada pembentukan testosterone yang akan merangsang pertumbuhan organ kelamin jantan dan menimbulkan sifat-sifat kelamin sekunder jantan (Junior, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
Dean, W. 2004. Chrysin: Is It An Effective Aromatase Inhibitor. Vitamin Research News. Vol 18, No. 4. http://www.vrp.com [9 Mei 2011].
Djaelani, F. 2007. Pengaruh Dosis Madu Terhadap Pengarahan Kelamin Jantan Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman Larva). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Hanif, S., T. Yuniati, dan D. Junaedi. 2006. Teknik Produksi Induk Jantan YY Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Sukabumi: Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar.
Junior, M. Z. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan Atau Betina. Jakarta: Penebar Swadaya.

         



Minggu, 02 Desember 2012


Bioinformatika merupakan pengabungan ilmu Biologi dan Teknologi Komputer bertujuan Manajemen Informasi Biologi. Komputer berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan mengintegrasikan informasi Biologis dan Genetik yang kemudian dapat diterapkan pada gen berbasis penemuan obat dan perkembangan setiap waktu. pada kesempatan ini melalui blog yang saya muat berkaitan Budidaya Perairan terkait dengan Gen atau analisis DNA Kultivan dan Penyakit yang di sebabkan oleh Virus.



   
 Salah satu contoh aplikasi yang sering sekali diterapkan adalah penggunaan PCR pada pendeteksian penyakit pada udang, yang merupakan kultivan ekonomis penting. Bioinformatika tidak hanya diterapkan dalam aplikasi PCR. Namun yang saya ulas kali ini meliputi upaya lain dalam penyediaan induk yang baik agar dapat menghasilkan keturunan atau produk benih yang unggul. Jurnal yang saya coba ulas kali ini berjudul “Skrining Induk Udang Windu dengan Analisis PCR dalam Rangka Menunjang Program NSBC ”.

Skrining dilakukan untuk pemeriksaan terhadap suatu sampel untuk mengetahui karakteristik tertentu atau penyakit tertentu sehingga sampel objek dapat diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit. Hal tersebut dilakukan dalam upaya pengendalian penyakit. Seperti yang kita ketahui, dalam budidaya udang identik dengan serangan WSSV . Sehingga pada jurnal tersebut diterapkan budidaya udang secara tertutup untuk memutus siklus hidup virus, dan menggunakan benih SPF (Specifis Pathogen Free ). Dalam penelitian ini BBPBAP Jepara sebagai UPT dipilih sebagai sentra pembenihan udang secara nasional. dan untuk mendapatkan benih yang sehat atau bebas virus dilakukan skrining dimulai dari induk. metode yang digunakan pengambilan sampel hemolimfe dari udang yang baru datang (sampel diambil dari beberapa lokasi :NAD, Pangadaran dan NTB) sebanyak 2 ml per individu dengan menggunakan nested PCR. Tahapan yang dilakukan meliputi :1.Preparasi DNA dengan fenol (standart OIE 2003, chapter 4.1.2); 2. preparasi untuk amplifikasi PCR ; 3. elektroforesis. Hasil yang didapat adalah sampel udang windu NAD paling sedikit terdeteksi WSSV, dibandingkan dengan sampel dari daerah lainnya. jadi untuk induk yang baik dengan SPF, dapat digunakan induk yang berasal dari NAD, karena ketahanan terhadap virus relatif lebih baik. untuk prosedur secara lengkap dapat dilihat pada http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71084652.pdf  . 

sumber:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More