FAKTOR DENSITY INDEPENDENCY TERKAIT DENGAN POLA REKRUITMEN DALAM
BIOLOGI PERIKANAN
“Kepadatan
bebas dengan metode oral menggunakan madu ikan nila (Oreochromis niloticus)”
Density
atau kepadatan merupakan populasi dalam satu ruang. Densitas populasi dalam
ekosistem dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran
dari populasi. Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas
(density independent). Dalam budidaya Perairan Saya akan membahas dan jelaskan
hubungan Kepadatan bebas dengan teknologi dan pembenihan ikan nila (Oreochromis
niloticus) metode oral menggunakan madu. Density
independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh
terhadap anggota populasi secara merata. bila
dikaitkan dengan pembenihan ikan
nila (Oreochromis niloticus) metode oral menggunakan madu akan
mempengaruhi suatu rekruitmen populasi dan merubah kebiasaan mereka seiring
dengan perubahan lingkungan.
Sex reversal suatu teknologi membalikkan arah perkembangan kelamin menjadi
berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu ikan baru menetas gonad ikan belum
berdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina tanpa merubah
genotipnya. Tujuan utama untuk mencegah pemijahan liar, mendapatkan pertumbuhan
ikan nila yang cepat, mendapatkan penampilan yang baik, dan menunjang genetika
ikan nila ( teknik pemurnian ras). Madu merupakan larutan karbohidrat yang
dihasilkan oleh lebah madu (Apis
mellifera) dari nektar bunga dan tepung sari. Komponen utama madu
adalah dektrosa dan levulosa. Madu mengandung 70-80% gula invert yang terlarut
dalam air, sukrosa, maltose, dekstrin, vitamin C, B1, B2 dan B6, asam
pantoneat, asam folat, mineral (Na, K, Ca, Mn, Fe, Cu, P, dan S), enzim hormon,
zat bakterisida, fungisida, zat aromatic, lilin, protein, minyak atsiri, asam
formiat, dan serbuk sari bunga.
Madu juga berfungsi
sebagai antioksidan, diantaranya adalah chrysin, pinobaksin, vitamin C,
katalase, dan pinocebrin. Zat chrysin merupakan salah satu jenis flavonoid yang
diakui sebagai salah satu penghambat enzim aromatase atau lebih dikenal sebagai aromatase
inhibitor (Dean,
2004). Madu mengandung kalium yang dapat merubah lemak menjadi prenegnelon,
dimana prenegnelon inilah yang akan merubah estrogen menjadi progesteron.
Dengan berubahnya estrogen menjadi progesteron, maka ikan yang tadinya akan
menjadi betina akan diarahkan menjadi ikan jantan.
Aromatase merupakan enzim
yang mangkatalis konversi testosteron (androgen) menjadi estradiol (estrogen).
Sehingga dalam proses stereoidogenesis dalam sel, pembentukan estradiol dari
konversi testosterone akibat adanya enzim aromatase akan terhambat karena
adanya chrysin yang berperan sebagai aromatase inhibitor dan pada akhirnya proses
stereoidogenesis berakhir pada pembentukan testosterone yang akan merangsang
pertumbuhan organ kelamin jantan dan menimbulkan sifat-sifat kelamin sekunder
jantan (Junior, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Dean, W. 2004. Chrysin: Is It An Effective Aromatase Inhibitor. Vitamin Research News. Vol 18, No. 4. http://www.vrp.com [9 Mei 2011].
Djaelani, F. 2007. Pengaruh Dosis Madu Terhadap Pengarahan Kelamin Jantan Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman Larva). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Hanif, S., T. Yuniati, dan D. Junaedi. 2006. Teknik Produksi Induk Jantan YY Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Sukabumi: Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar.
Junior, M. Z. 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan Atau Betina. Jakarta: Penebar Swadaya.
0 komentar:
Posting Komentar